Perempuan tidak ideal menjadi seorang pemimpin. Begitulah stereotip perempuan yang umum di masyarakat. Bahkan, ada pula stigma yang melekat bahwa pemimpin perempuan lebih tidak disukai daripada pemimpin laki-laki.
Presenter dan jurnalis, Najwa Shihab, menyorot tajam stereotip tersebut. Menurutnya, ada perbedaan penerimaan antara tipe kepemimpinan perempuan dan lak-laki. Jika pemimpin perempuan menunjukkan sikap tegas, pemimpin tersebut dijuluki bossy.
"Pemimpin perempuan yang punya target dibilangnya gila ambisi. Laki-laki dengan kualitas yang sama atau melakukan hal yang sama, dianggapnya ini pemimpin yang ideal. Jadi kerap kali korelasi negatif itu pada perempuan," tegas Najwa Shihab dalam diskusi virtual dalam Mata Najwa bertajuk "Susahnya Jadi Perempuan" disimak pada Rabu, 7 Juni 2023.
Padahal, tegasnya lagi, berbagai riset menunjukkan data bahwa organisasi baik profit maupun nonprofit yang dipimpin oleh perempuan memiliki performa yang lebih baik daripada yang dipimpin laki-laki. Sayangnya, data yang ditunjukkan dari riset apa pun seakan tak berarti apa-apa dengan fakta yang ada di lapangan.
Baca Juga:Rocky Gerung Bicara Susahnya Jadi Perempuan: Perempuan Lemah, Laki-Laki Kuat, Apa Iya?
"Apa pun bukti yang ditunjukkan tetap saja enggak berguna. Tetap saja kesempatan perempuan untuk memimpin itu terbatas karena dianggapnya perempuan ya memang tidak layak menjadi pemimpin," pungkas Najwa Shihab.
Dalam diskusi tersebut, Najwa Shihab menunjukkan data bahwa kepemimpinan perempuan di Indonesia pada tahun 2022 untuk posisi legislator, pejabat senior, dan manajer masih terbatas di angka 32,44%. Sementara itu, kepemimpinan laki-laki untuk posisi tersebut mencapai 67,56%. Dengan demikian, ada selisih hingga 35,12% antara kepemimpinan laki-laki dan perempuan.